Budidaya Kopi: Kopi Pasirwangi yang Mendunia Angkat Kesejahteraan Petani
Seperti dua sisi mata uang, demikian pula halnya dengan kopi dan kecamatan Pasirwangi. Kopi Arabika telah lama dibudidayakan oleh para petani di kecamatan Pasirwangi dan Samarang, Kabupaten Garut sebagai sumber penghasilan tambahan mereka.
Adalah Aris Sontani, seorang putra Pasirwangi yang melalui kerja kerasnya mampu menghadirkan kopi spesialti (specialty coffee) berkualitas tinggi dari desanya. Setelah melalui proses jatuh bangun yang panjang, Ia akhirnya mampu menjadi seorang pengepul biji kopi handal. Sekitar 500 ton kopi ia pasok setiap tahunnya ke Medan dan Surabaya. Dengan pencapaiannya tersebut, Aris ingin para petani kopi di Pasirwangi juga dapat menikmati kesuksesan yang sama dengan dirinya.
Terlebih lagi, penelitian dari Universitas Garut telah menjelaskan potensi budidaya kopi di Kabupaten Garut untuk dapat meningkatkan taraf hidup para petaninya. Hal ini makin menguatkan tekad Aris mengangkat kesejahteraan para petani kopi Pasirwangi. Inisiatif ini disambut baik oleh Star Energy Geothermal Darajat II, Limited (SEGD II) dengan menggagas program budidaya kopi yang terintegrasi di daerah penghasil energi panas bumi ini. Berkolaborasi dengan Yayasan Sahabat Cipta (YSC) sebagai mitra pelaksananya, program ini memberikan pendampingan kepada para petani tentang pembudidayaan kopi yang berkualitas dan ekonomis.
Aris dalam program ini berperan sebagai pengepul kopi para petani. Melalui skema dana bergulir dari program pengembangan komunitas Star Energy Geothermal Darajat II, Limited (SEGD II), ia akan membeli biji kopi segar tanpa pembatasan minimal dan dibayarkan secara tunai ke para petani. Peran Aris juga cukup penting sebagai mentor para petani ketika ia tidak hanya membeli biji kopi petani tetapi juga memberikan penilaian atas kualitas yang mereka setorkan. Sebagai pembeli, ia akan menentukan harga sesuai dengan kualitas yang diberikan kepadanya. Tentu, semakin baik kualitas biji kopi semakin tinggi nilai jualnya. “Dari sini saya mengajak dan mengajarkan para petani untuk mengubah pola pikir dari yang hanya mengejar kuantitas menjadi petani yang peduli akan kualitas hasil panennya,” jelas Aris.
Para petani yang semula hanya paham menanam dan memanen biji kopi, perlahan mulai memahami begitu banyak teknik, mulai dari teknik pemetikan, pengeringan dan penyimpanan. Bahkan, petani diajak memikirkan regenerasi pohon-pohon kopi sehingga kelak di kemudian hari mereka tidak kehilangan sumber penghasilan karena menuanya pohon-pohon kopi yang mereka panen sekarang.
Aris pun yang sukses menggerakkan para petani kopi untuk bergabung dalam program ini. Saat ini terdapat 544 orang penerima manfaat dari jumlah awal program sebanyak 158 orang. Perlahan langkah ini mulai mempopulerkan kopi Arabika Pasirwangi melalui ajang kompetisi Kopi Spesialti Indonesia pada 2019 dan 2020, di mana masing-masing mendapatkan predikat juara ketiga dan kedua, ser ta penghargaan dari ajang kompetisi dunia dengan menyabet bronze medal dari The Agency for the Valorization of Agricultural Product di 2018.
Jalan masih panjang, tetapi apa yang telah dirintis dan dicapai saat ini memberi secercah harapan menduniakan kopi Pasirwangi sekaligus menyejahterakan petaninya.