Desa Ca’ang : Menebar Cahaya Paripurna di Desa Pra-Sejahtera
Bagi Mak Otoh (73) usia renta dan kondisinya sebagai tuna netra tak menyurutkan semangatnya mengajarkan baca tulis Al Qur’an kepada anak-anak di desa Sukaresmi.
Walau kegelapan telah menjadi teman hidupnya, saat ini rumahnya telah diterangi dengan bola lampu listrik sejak program Desa Ca’ang bergulir didesanya. Ia bahagia karena sejak listrik menerangi desanya waktu belajar mengaji anak-anak muridnya bisa lebih panjang. Apa yang dirasakan Mak Otoh, hanyalah salah satu dari begitu banyak manfaat yang dirasakan oleh 500 kepala keluarga di Kecamatan Sukaresmi dan Pasir Wangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sejak 2016 Star Energy Geothermal Darajat II Ltd (SEGD II) menggagas program Desa Ca’ang (bahasa Sunda: Desa yang Terang) sebagai bentuk kepedulian perusahaan atas kondisi beberapa desa di sekitar wilayah operasionalnya yang masih pra-sejahtera dan belum teraliri listrik.
Listrik yang mengalir diharapkan turut mendorong kegiatan ekonomi di desa demi mengakselerasi kesejahteraan masyarakat. Untuk memastikan listrik tetap menyala, masyarakat juga menyepakati adanya iuran dengan biaya terjangkau. Dari sinilah, lahir gagasan untuk membentuk unit-unit usaha yang dikelola oleh masyarakat. Sebanyak 51 unit usaha telah terbentuk, dan keuntungan yang diperoleh, digunakan untuk membiayai kelistrikan di masing-masing rumah para anggota kelompok. Salah satu bentuk usaha diberi nama Bumi Runtah Token (BURUKEN). Di sini, masyarakat mengolah sampah baik organik maupun anorganik menjadi barang-barang bernilai komersil dan hasil penjualan barang-barang inilah yang kemudian digunakan untuk membeli token listrik.
Program ini lantas dikembangkan menjangkau ke ranah pendidikan mengingat masih tingginya angka buta huruf di wilayah tersebut. Melalui kegiatan bertajuk MASAGI (Maca sakali ngarti, atau membaca langsung mengerti) para siswa sekolah maupun ibu rumah tangga didorong untuk meningkatkan keterampilan baca tulis melalui pendekatan berbasis budaya lokal. Tidak berhenti di situ, Program Desa Ca’ang pun turut menyentuh aspek pelestarian lingkungan yang di kemudian hari disinergikan untuk membangun kesejahteraan desa di dua kecamatan ini. Beragam upaya dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang resiko yang akan timbul di masa depan apabila alih fungsi lahan hutan menjadi ladang sayur mayur dibiarkan tanpa pengelolaan yang berkelanjutan. Oleh karenanya pemahaman masyarakat tentang pelestarian lingkungan dan pemanfaatan hutan yang memiliki dampak positif secara ekologis musti terus ditumbuhkan.
Hingga kini tujuan utama program ini hampir tercapai. Sebanyak 500 kepala keluarga telah menikmati aliran listrik. Empat pilar program ini, yaitu ca’ang listrikna (terang listriknya), ca’ang pesakna (terang penghidupannya –atau ekonominya), ca’ang otakna (berilmu) dan ca’ang alamna (terang alamnya), telah melebur menjadi sebuah cahaya yang menerangi masa kini penduduk dengan melahirkan banyak perubahan positif. Tak kalah menariknya, inklusivitas juga menjadi aspek penting yang ditanamkan pada program ini. Pasalnya program ini mensyaratkan bahwa dari delapan orang penerima manfaat program paling tidak ada satu orang difabel. Sekali lagi, program ini menunjukkan manfaatnya dalam menyejahterakan masyarakat, termasuk orang-orang seperti Mak Otoh.